Samadikun
Hartono Tertangkap, Kotak Pandora BLBI terkuak ?
Sederhananya
Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) adalah Bantuan dari Negara Indonesia
untuk orang-orang kaya yang bergerak di bidang perbankan dan bukan Bank
Perkreditan Rakyat yang sekarang menjamur dimana-dimana, ini Bank benaran yang
gedungnya megah dan pegawainya wajib cantik, minimal manis-manis jambu ghitu
deh. Namanya punya Bank, musti orang kaya mana mungkin orang miskin, atau
setengah kaya bisa bikin Bank, modal awalnya saja milyaran sampai puluhan
milyar Tahun 1997-1998 Indonesia dilanda krisis moneter, penyebabnya satu saja
harga dolar Amerika dari 2.500 di pertengahan Juni 1997 menjadi 13.000 diawal
tahun 1998 per 1 dollar amerika, artinya dalam 6 bulan satu dollar
Amerika mengalami kenaikan kurang lebih 10 ribu rupiah. Salah satu dampaknya
utang orang-orang kaya menjadi naik yang sebelumnya utangnya hanya 2 dollar, di
awal tahun 1998 hutanya menjadi 20 dollar, otomatis bunganya juga ikut naik.
Ternyata yang minjam duit ke pihak asing bukan hanya perusahaan-perusahaan
besar tetapi bank-bank besar ikut minjam untuk modal dalam mata uang Dollar
Amerika. Dengan penuh keterpaksaan masuklah Indonesia ke dalam Pusaran
Krisis Moneter, Harga Mie Instan yang sebelumnya 250 perak menjadi 500 perak,
semua harga naik sampai 2 kali lipat. Naiknya harga untuk menutupi pinjaman
perusahaan plus bunga ke pihak Bank. Kalau Perusahaan untuk menutupi utangnya
kepada pihak Debitur dengan cara menaikan harga, maka bagaimana dengan Pihak
Perbankan? Setelah diadakan pemeriksaan oleh Bank Indonesia, ternyata ada 48 bank
yang “katanya pasti akan bangkrut” karena tidak dapat membayar utang. dan bisa
membuat Indonesia menjadi guncang karena lembaga perbankan yang menyimpan
uangnya masyarakat kecil akan tutup, kalau bank tutup persoalan bisa melebar
kemana-mana. Setelah di hitung-hitung dengan matematika dagang, jadilah angka
Rp. 144, 5 trilyun yang harus diberikan kepada 48 Bank, agar bank tersebut bisa
nyicil dan menutupi utangnya kepada debitur (Yang meminjamkan uang) dan
diharapkan bank tersebut dapat normal kembali di tengah situasi krisis waktu
itu. Nah yang menjadi persoalan selanjutnya dari mana diut sebanyak itu
dan diutnya siapa? Alternatif pertama, menggunakan APBN jelas nggak mungkin
uang sebanyak itu hanya untuk menolong orang-orang kaya yang jumlahnya hanya 48
orang, dengan menggunakan uangnya seluruh masyarakat Indonesia. Alternatif
cerdas selanjutnya adalah dengan meminjam kepada IMF (lembaga yang suka
minjamin uang ke Negara-negara dengan syarat yang kadang-kadang tidak masuk
akal, pokoknya syaratnya lebih lebay dari rentenir yang minjamin uang ke
tetanggga-tetangga kita). Singkat cerita akhirnya uang tersebut melalui
Bank Indonesia langsung di berikan dan dibaginan kepada ke 48 bank tersebut
dengan jumlah yang bervariasi masing-masing Bank, dengan syarat ke 48 bank
tersebut di dalam pengawasan pemerintah, dan masalah pengembalian utang
Indonesia kepada IMF dengan cara dicicil. Nah selanjutnya uang pinjaman
tersebut di kemanakan oleh Pihak Bank ? Masing-masing Bank punya strategi dan
cara sendiri-sendiri untuk menggunakanya, yang jelas harus dimanfaatkan untuk
penyehatan bank masing-masing. Untuk itu Pemerintah membentuk sebuah lembaga
namanya BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional), yang salah satu tugasnya
bukan untuk menjual asset bank-bank bermasalah tapi memastikan bahwa Bank yang
dikucurkan BLBI benar-benar menggunakan dana talangan untuk peningkatan kinerja
bank dan memastikan ke 48 bank ini harus membayar utangnya dan terus memantau
perkembangan bank-bank tersebut. Sampai disini belum ada polemik serius, semua
berjalan seperti biasa Masalah mulai muncul ketika “orang-orang kaya” ini lupa
bahwa uang di rekening mereka adalah uang nya seluruh masyarakat Indonesia, dan
lupa diri bahwa uang itu utang yang harus dibayar, ternyata tidak semua
uang tersebut dipergunakan untuk membiayai usaha perbaikan kinerja Bank mereka
tetapi banyak yang diselewengkan. Bagi pihak yang sejak awal menentang
kebijakan ini mendapat momentum untuk memukul balik kebijakan BLBI, yang
beritanya banyak bersiliweran di berbagai news portal. Namanya kita minjam uang
dimana saja pasti ada boroknya alias agunan, dan umumnya agunan yang diajukan
nilainya harus lebih besar dari nilai pinjaman. Di Kasus BLBI Karena nilai
agunan lebih kecil, maka beberapa pemilik bank yang di beri pinjaman dengan
iklhas merelekan seluruh assetnya untuk di lelang oleh BPPN toh tidak sebanding
dengan nilai pinjaman. Ada-ada saja akal orang-orang kaya ini, modus lain
ternyata banyak yang lansung tancap gas kabur ke luar negeri dengan membawa
uang pinjaman tadi, dan masih banyak lagi masalah yang mencuat ataupun masih
gelap gulita yang hanya dimengerti oleh pakar ekonomi dan politik tentang di
balik masalah BLBI ini, tetapi yang jelas sudah ada yang masuk bui, berarti
memang ada masalah toh… Samadikun Hartono pemilik Bank Modern sebagai salah
seorang yang telah merasakan lezatnya bantuan BLBI sejumlah kira-kira 2 trilyun
telah tertangkap, semoga saja dia belum pikun untuk menceritakan bagaimana
prosesnya dia sampai bisa memperoleh uang 2 Trilyun tersebut, pastilah ada
cerita saat kongkow-kongkow bareng sesama pemilk bank “BLBI” tentang sesuatu
yang mungkin belum sempat diceritakan, pastilah ada “infromasi A1” dari
si Samahun ini yang bisa dijadikan pengembangaan kasus BLBI, karena sekecil
apapun informasi itu sangat berguna untuk BIN dan Pemerintah, agar anak
cucu kita dapat memperoleh infromasi yang baik tentang skandal terbesar
keuangan di Republik ini, karena sampai saat ini APBN kita harus menanggung
membayar bunga 6 milyar atas cicilan pinjaman BLBI yang belum lunas Menayakan
kepada Samahun tentang seluruh asset kekayaannya adalah sesuatu yang membuang
energi, karena sampai kapanpun dia tetap tidak akan buka mulut tentang semua
asset yang dimilikinya, mana ada pencuri yang ngaku, paling ngakunya sedikit aja,
nah disini pintar-pintaranya Kejaksaan agung untuk men ‘track” asset yang
dimilikinya. Dengan meminta bantuan KPK adalah salah satu alternatif. Dan tidak
menutup kemungkinan lewat Samahun Samadikun, buronan BLBI lain bisa tertangkap
dan cerita sisi gelap BLBI bisa terkuak sedikit demi sedikit agar tidak menjadi
beban sejarah Indonesia seperti Kasus 1965. Semoga Saja.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar